Ma, Pa,apakah aku di cintai? Bagaimana anak mengetahui bahwa kita mencintai mereka?


Hari ini saya menukil buku dari Ariesandi S, CHt, “Rahasia mendidik anak agar sukses dan bahagia”, Gramedia, 2008.
Saya tertarik membaca buku ini karena saya mempunyai pengalaman dengan anak saya sendiri. Suatu hari ia berkata, “Mama, hari ini mama belum sayang aku, padahal aku sudah membantu mama.” Saya terdiam, hari itu ia membelikan saya telur diwarung dekat rumah saya. Saya fikir ia tak akan mengucapkan kata itu. Saya yang waktu itu sedang menggendong adiknya mengatakan, “Sebentar ya kakak, mama lagi menggendong adik.” Ia pun langsung mengamuk.” Tuh kan , mama nggak sayang aku”. Ia pun lari keluar.
Segera saya menaruh adiknya dikasur dan memanggilnya. Sang  kakak masuk kedalam sambil merengut. “Sini, tidur sebelah mama”, saya pun memeluknya sambil menciumnya. Ia mulai tersenyum. Lalu saya utarakan kepadanya, “Kakak, mama tuh selalu sayang ke kakak, Cuma kakak lihat kondisi mama ya, kalau kira-kira adik sudah bermain sendiri, kakak langsung ke mama ya..” ia pun mengangguk.
Entah cara yang saya lakukan itu sudah benar atau tidak. Tapi setidaknya melihat ia tersenyum dan berbicara santai lagi membuat saya lega.
Ada hal penting daripada sekedar mencintai anak. Hal itu adalah “membuat anak merasa dicintai”. Jadi, walaupun kita telah merasa telah mencintai anak, namun jika anak tak bisa merasakannya, kita harus memeriksa ulang cara kita mencintai mereka.
Setidaknya saya sedikit mengetahui, apa yang harus saya lakukan sehingga anak benar-benar bisa merasakan cinta kita, orangtua.
Anak sebenarnya memerlukan rasa aman, persetujuan yang di buku ini disebut dengan “tangki Cinta”.  Pada saat anak-anak maka kewajiban orangtualah untuk mengisinya. Dan ini perlu diisi terus menerus, karena isi tangki itu habis terpakai secara sengaja maupun tidak sengaja saat anak menjalin kontak dengan kita maupun orang lain. Sehingga anak merasa aman, merasa diterima dan merasa spesial. Jika kita terlupa untuk mengisinya maka akan terjadi beberapa penyimpangan perilaku dari anak kita.
Contoh dari beberapa penyimpangan itu adalah:
ð  Tidak mengerjakan tugas yang sudah disepakati
ð  Tidak menurut perkataan orangtua
ð  Tidak mau bergaul dengan anak lain
ð  Mencari gara-gara sehingga ia dimarahi
ð  Mudah tersinggung
ð  Berbohong
Dari sini kita selaku orangtua dapat menilai perilaku anak sehari-hari, jika mulai terjadi beberapa penyimpangan maka kita haruslah mencharge kembali tangki cinta kita kepada anak. Merasa mencintai anak saja belumlah cukup dan juga mempelakukan seorang anak dengan baik belum menjamin bahwa ia akan terbebas dari berbagai masalah.
Oleh karena itu kedekatan fisik juga harus didukung kedekatan emosional.  Ada 3 hal kedekatan fisik yang perlu kita lakukan:
1.       Tatapan penuh kasih saat berkomunikasi dengan anak
2.       Sentuhan lembut pada tubuh anak
3.       Perhatian yang tidak terpecah saat berinteraksi
Intinya saat kita menyediakan waktu berkualitas bagi anak, walupun hal itu sulit dilakukan, akan sangat membawa perubahan bagi sang anak. Hal ini tidak bisa diartikan dengan “es krim atau sebatang coklat” ia membutuhkan waktu kita saat sang anak mendekat untuk meminta berinteraksi dengannya.
Sampai sekian dulu dari saya, hal yang lebih menarik akan saya bahas kemudian.

Comments

Popular Posts